berikut artikel sains populer hasil iseng berhadiah yang dimuat di harian Pikiran Rakyat pada tanggal 26 Mei 2013. Kiranya para pembaca berkenan ;)
Mengatasi Rusaknya Pembangkit Energi Manusia :
Kisah Anak dengan Tiga Orang Tua Biologis
1 Juni 2012,
Zoe Perryman, putri kedua dari Bruce dan Suzanne Perryman, berlari untuk
pertama kalinya. Melihat putri kecil berlari untuk pertama kalinya tentu
merupakan kebahagiaan bagi tiap orang tua. Untuk Bruce dan Suzanne, kebahagiaan
ini berganda dan bercampur keharuan. Bagaimana tidak? Saat usia Zoe 10 tahun,
baru ia belajar berlari setelah sebelumnya hanya mampu jalan tertatih.
Zoe Perryman adalah salah satu dari sedikit anak
yang terkena penyakit langka bernama penyakit mitokondria. Penyakit Mitokondria
(Mitochondrial Disease) adalah kelainan genetik pada organel mitokondria dalam
sel. Mitokondria merupakan organ mini yang berada dalam tiap sel manusia.
Tugasnya yang terpenting adalah memproduksi energi untuk keberlangsungan hidup
sel. Sebagai sumber utama energi sel,
fatal akibatnya apabila organ ini rusak.
![]() |
Gambar 1. Sel dan Mitokondria. Terdapat beberapa mitokondria di dalam sel. Mitokondria terliputi dua membran dan memiliki DNA-nya sendiri. |
Asal muasal mitokondria
Mitokondria merupakan organ yang diturunkan
dari sel telur ibu pada saat pembuahan. Meskipun spermatozoid dari ayah juga
memiliki mitokondria di pangkal atas ekor, bagian ini akan terlepas setelah
terjadi pembuahan. Oleh karena itulah sel telur terbuahi hanya mewarisi
mitokondria dari ibu.
![]() |
Gambar 2. Mitokondria pada sel spermatozoid dan sel telur. Pada sel telur terdapat 10.000 kali lebih banyak mitokondria dibandingkan dengan sel spermatozoid. |
Setelah pembuahan dan pembelahan terjadi,
kumpulan mitokondria ini kemudian ‘dijatah’ ke sel – sel hasil pembelahan.
Jumlah mitokondria bervariasi sesuai dengan kebutuhan energi tiap sel.
Misalnya, sel tulang menerima lebih sedikit ‘warisan’ mitokondria karena sel
ini memiliki kebutuhan energi lebih kecil jika dibandingkan dengan sel otot dan
syaraf. Mengingat pentingnya mitokondria untuk jaringan otot dan syaraf,
sebagian besar pasien penyakit mitokondria biasanya menunjukkan gejala kelainan
otot dan syaraf, yang dapat pula disertai dengan rusaknya beberapa organ vital
secara bersamaan. Variasi gejala yang ditunjukkan oleh pasien penyakit
mitokondria membuat diagnostik awal sangat sulit, dibutuhkan analisis genetik
yang rinci untuk dapat mendeteksi penyakit ini.
Selain itu, timbulnya gejala juga bergantung
pada porsi kerusakan mitokondria pada sel. Dengan banyaknya jumlah mitokondria
di dalam sel, terdapat ambang batas minimal jumlah mitokondria sehat untuk
menjamin fungsi sel. Gejala penyakit mitokondria dapat timbul kapan pun, pada
usia dini, usia produktif juga usia lanjut. Apabila mitokondria sakit lebih
banyak daripada mitokondria sehat, gejala dapat langsung terlihat pada pasien
di usia dini. Sebaliknya, pasien yang memiliki sedikit mitokondria sakit dapat melewati
tahap awal kehidupan tanpa gejala. Seiring dengan berjalannya waktu dan
dipengaruhi oleh faktor gaya hidup serta pola makan, jumlah mitokondria sakit
dapat bertambah dan gejala pun baru timbul pada usia lanjut.
Anak dengan tiga orang tua biologis
Saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit mitokondria. Kebanyakan terapi berfokus kepada peredaan gejala dan bukan penanggulangan penyebab penyakit. Belakangan ini, salah satu terapi kontroversial yang dikembangkan di Inggris cukup menarik perhatian para peneliti dan praktisi kesehatan. Studi yang dipelopori oleh Prof. Douglass Turnbull dan Prof. Mary Herbert di Newcastle University mengembangkan teknik donor mitokondria berbasis fertilisasi in vitro.
Saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit mitokondria. Kebanyakan terapi berfokus kepada peredaan gejala dan bukan penanggulangan penyebab penyakit. Belakangan ini, salah satu terapi kontroversial yang dikembangkan di Inggris cukup menarik perhatian para peneliti dan praktisi kesehatan. Studi yang dipelopori oleh Prof. Douglass Turnbull dan Prof. Mary Herbert di Newcastle University mengembangkan teknik donor mitokondria berbasis fertilisasi in vitro.
Melalui teknik ini, inti sel telur terbuahi
yang mengandung DNA ayah dan ibu dapat dipindahkan ke sel telur donor dengan
mitokondria sehat tanpa inti sel. Melalui proses tersebut, dihasilkan zigot
dengan DNA ayah dan ibu, namun dengan mitokondria sehat dari perempuan yang
mendonorkan sel telurnya. Anak yang lahir dengan teknik ini pun memiliki asal
muasal genetik dari tiga individu : ayah, ibu dan ibu mitokondria.
Pada saat ini, teknik kontroversial tersebut
belum direalisasikan secara luas karena perdebatan etik yang masih menggelayut
dibaliknya. Meskipun demikian, Wellcome Trust, lembaga pendanaan riset biomedik
terbesar di Inggris Raya telah bersedia merogoh kocek hingga senilai 4,4 juta
Poundsterling untuk mendanai penelitian donor mitokondria. Jika pada suatu saat
donor mitokondria dapat dipraktekkan secara legal, jangan - jangan kita harus
menambahkan satu lajur lagi pada bagian ‘nama Ibu’ dalam dokumen administrasi.
Sumber tulisan :
Chinnery, Patrick. 2010. Mitochondrial Disorders
Overview. Gene Reviews.
Craven, L, et. al. 2010. Pronuclear transfer
in human embryos to prevent transmission of mitochondrial DNA disease. Nature
465.
Lane, Nick. 2006. Power, Sex, Suicide :
Mitochondria and the meaning of life. OUP Oxford.
http://news.sciencemag.org/scienceinsider/2011/03/uk-review-launched-for-three-par.html?ref=hp
http://specialneedsmom.typepad.com/special_needs_mom/2012/06/running-through-life.html
Sumber gambar :
Gambar pertama, karya pribadi
Gambar kedua, karya pribadi dengan gambar sel
telur koleksi Emanuel Dassa, Ph.D
Foto Prof. Douglas Turnbull dan Prof. Mary
Herbert dari situs Newcastle University www.ncl.ac.uk
No comments:
Post a Comment