Tuesday, June 30, 2015

Lelaki dan payudaranya.

Pembaca yang budiman dan budiwoman,

Apa kabar nich? Semoga pembaca sekalian selalu dalam keadaan yang sehat jasmani dan bijak berpikiran yaa

Berikut artikel sains populer yang saya tulis tahun lalu dan diterbitkan di rubrik Cakrawala harian Pikiran Rakyat pada 3 Sept 2014 lalu. Pesan artikel ini adalah bahwa spektrum perilaku manusia tidak disebabkan oleh satu dua hal kecil, hampir selalu ada orkestra antara bawaan jasmani/alamiah versus bagaimana sebuah pengalaman psikologis dicerna menjadi watak/perilaku. 

Mengelompokkan orang sebagai 'pesakitan' atau 'kelainan' menurut saya adalah sebuah penghakiman yang enteng, menyakitkan dan tidak mudah dibuktikan kebenaran ilmiahnya. Mudah - mudahan bermanfaat bagi pembaca tersayang semuanya. Untuk referensi sumber tulisan, saya cantumkan di akhir :)

Selamat membaca ;-)
------------------

Secara iseng saja, pernahkah anda bertanya - tanya mengapa kaum laki – laki memiliki puting, padahal secara fungsional organ tersebut tidak terpakai selama masa hidupnya? Seperti yang kita ketahui bersama, fungsi utama puting pada payudara adalah sebagai distributor air susu kepada bayi, sumber gizi utama yang menjamin kualitas tumbuh kembang bayi pada paling tidak enam bulan pertama. Lalu, apa fungsi puting di dada seorang laki – laki?

Jawabannya, tidak ada. Lho, lalu mengapa laki – laki memilikinya?

Pembentukan puting pada bayi
Misteri ini akan terungkap jika kita menelisik cerita perkembangan janin pada saat masih di kandungan. Pada pertengahan trimester pertama kehamilan, setiap embrio mengalami pertumbuhan kelenjar susu, yang juga termasuk di dalamnya adalah sistem syaraf, sistem kelenjar dan pembentukan puting dini di permukaan kulit sang bakal bayi. Baik calon bayi perempuan maupun laki – laki secara alami akan melalui proses ini. Ternyata, pembentukan puting pada bayi adalah sebuah proses yang tidak berhubungan dengan pematangan organ kelamin. Kemudian barulah pada akhir trimester pertama, terjadi pembentukan organ seksual dimana kelak hormon – hormon reproduktif sang anak akan diproduksi pada masa pubernya.

Tahap pembentukan organ kelamin bayi sangat penting untuk diperhatikan oleh calon ibu yang mengandung anak laki – laki. Faktanya, proses ini mesti didukung oleh sokongan hormon ‘laki – laki’ atau hormon androgen yang diproduksi ibunya. Ini adalah sebuah proses yang secara hormonal cukup ‘menantang’ bagi seorang perempuan. Pasalnya, seperti yang kita tahu, perempuan biasanya tidak memproduksi hormon androgen dalam jumlah yang banyak. Oleh sebab itu, mungkin kita beberapa kali bisa membedakan bahwa seorang perempuan yang mengandung anak laki – laki memiliki raut wajah yang agak berubah dan ditambah dengan beberapa bagian kulit yang menghitam, inilah salah satu akibat fisik dari produksi hormon androgen tadi. Perubahan – perubahan ini bersifat sementara, jika hormon lelaki ini tak lagi diproduksi dalam jumlah banyak maka aura kewanitaan pun akan kembali lagi seperti semula.

Nah, demi bisa memproduksi kebutuhan hormon yang seimbang bagi sang buah hati, pada tahap ini para calon ibu harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sebisa mungkin dapat menjaga kestabilan emosi dan kondisi psikologisnya. Tentu dukungan moral dari suami dan keluarga berperan amat penting di tahap ini.

Dari puting menuju payudara
Melalui ibu yang sehat, ananda pun lahir dengan sepasang puting di dadanya dan organ kelamin yang normal setelah kurang lebih sembilan bulan di kandungan.  Di masa puber kelak, remaja putri akan memproduksi estrogen dan progesteron, yang akan mematangkan organ kelaminnya dan membantu pembentukan payudara. Di sisi lain, anak laki – laki sehat yang mengalami puber akan memproduksi testosteron yang berperan mematangkan organ kelamin pria, membantu tumbuh kembang dan juga sebagai sinyal negatif bagi perkembangan kelenjar susu.

Kelainan produksi hormon testosteron
Dalam proses produksi alamiah di dalam tubuh, hormon testosteron juga dibentuk dari hormon – hormon  progestagen, termasuk di dalamnya progesteron. Pada kaum lelaki sehat, hormon – hormon progestagen ini tidak akan menumpuk lama di dalam tubuh, melainkan akan segera diubah menjadi hormon androgen. Pada beberapa kasus kelainan kelenjar endokrin yang ekstrim, lelaki dapat mengalami gangguan sintesis alamiah hormon testosteron dan mengalami pertumbuhan payudara sebagai salah satu akibatnya, secara medis kondisi ini dinamakan gynecomastia. Dalam kasus semacam ini, kelebihan hormon progesteron dapat merangsang pertumbuhan sistem kelenjar susu yang memang sudah ada pada tubuh laki – laki dan memiliki potensi untuk berfungsi. Apabila kondisi ini dibarengi dengan kelebihan produksi hormon prolaktin akibat kelainan kelenjar pituitari, maka bukan hanya payudara yang membesar tapi air susu pun bisa diproduksi oleh seorang laki - laki. Pada tahun 2002, terdapat kasus seorang laki – laki dua anak di Srilanka yang kedapatan secara rutin menyusui bayinya, disinyalir beliau mulai mengalami pertumbuhan payudara dan produksi susu setelah meninggalnya sang istri.

Akibat tingginya kadar hormon – hormon progestagen, laki - laki penderita gynecomastia memiliki perkembangan jaringan kelenjar susu di dadanya.

Hormon dan perilaku
Apabila kelainan hormon yang ekstrim dapat berakibat pada perubahan fisik yang terlihat nyata seperti tumbuhnya payudara, bagaimana dengan ketidakseimbangan hormon yang sifatnya ringan? Bisa jadi, ketidakseimbangan hormon yang ringan ini hanya memengaruhi sifat dan perilaku individu tanpa menampakkan perubahan fisik yang janggal. Pada ulasannya di jurnal Frontiers in Neuroendocrinology tahun 2011 lalu, Dr. Berenbaum dan Dr. Beltz memaparkan bahwa perilaku manusia dewasa, termasuk orientasi seksualnya, sebagian ditentukan oleh kinerja hormon – hormon seks terutama pada tahap prenatal dalam kandungan dan usia puber. Meski demikian, penelitian mengenai hubungan antara orientasi seksual dan kondisi hormonal tubuh cukup sulit dilakukan, karena sikap dan perilaku tidak hanya ditentukan oleh keadaan biologis, namun juga kondisi serta didikan sosial yang tentu sangat bervariasi pada tiap individu.

** penulis adalah kandidat doktor bidang Biologi Kesehatan dari Université Paris-Sud, Prancis, juga penerima beasiswa unggulan Kemendiknas 2013-2014.

Referensi :
Berenbaum, S. dan Beltz., 2011, Sexual differentiation of human behavior : Effects of prenatal and pubertal organizational hormones, Frontiers in Neuroendocrinology 32.
Brizendine, L., 2006, The Female Brain. Broadway Books. New York.
Kunz, T. dan Hosken, D., 2008, Male lactation : why, why not and is it care?, Trends in Ecology and Evolution 24
Swaminathan, N., 2007, Strange but true : males can lactate, www.scientificamerican.com

Wednesday, February 18, 2015

Menulis tentang hal - hal serius

Nganu,

Tadinya mau menulis opini mengenai beberapa fenomena sosial yang mengerubungi kepala belakangan ini seperti :

1. Kemajemukan kelas menengah muslim Indonesia yg sedang seru-serunya.
2. Kohabitasi generasi muda muslim dan yahudi di Prancis.
3. Kelas menengah 'berpendidikan' Indonesia yang mengidolakan kelas atas.
4. Lingkaran setan "malas membaca - malas menulis - malas berpikir - malas mengerti - malas toleransi".
5. Beberapa contoh perbedaan tabu di Indonesia dan Prancis.

Tapi sayangnya saya malas! Tema - tema tersebut cukup ditampung dulu ah, kapan-kapan kita jabarkan jika ada motivasi dan niatan.

Arrivederci!

Tuesday, February 17, 2015

Mengatasi Rusaknya Pembangkit Energi Manusia

Hai para pembaca yang budiman dan budiwoman,

berikut artikel sains populer hasil iseng berhadiah yang dimuat di harian Pikiran Rakyat pada tanggal 26 Mei 2013. Kiranya para pembaca berkenan ;)


Mengatasi Rusaknya Pembangkit Energi Manusia :
Kisah Anak dengan Tiga Orang Tua Biologis

1 Juni 2012,  Zoe Perryman, putri kedua dari Bruce dan Suzanne Perryman, berlari untuk pertama kalinya. Melihat putri kecil berlari untuk pertama kalinya tentu merupakan kebahagiaan bagi tiap orang tua. Untuk Bruce dan Suzanne, kebahagiaan ini berganda dan bercampur keharuan. Bagaimana tidak? Saat usia Zoe 10 tahun, baru ia belajar berlari setelah sebelumnya hanya mampu jalan tertatih.

Zoe Perryman adalah salah satu dari sedikit anak yang terkena penyakit langka bernama penyakit mitokondria. Penyakit Mitokondria (Mitochondrial Disease) adalah kelainan genetik pada organel mitokondria dalam sel. Mitokondria merupakan organ mini yang berada dalam tiap sel manusia. Tugasnya yang terpenting adalah memproduksi energi untuk keberlangsungan hidup sel. Sebagai sumber utama energi sel,  fatal akibatnya apabila organ ini rusak.

Gambar 1. Sel dan Mitokondria.
Terdapat beberapa mitokondria di dalam sel. Mitokondria terliputi dua membran dan memiliki DNA-nya sendiri.


Asal muasal mitokondria

Mitokondria merupakan organ yang diturunkan dari sel telur ibu pada saat pembuahan. Meskipun spermatozoid dari ayah juga memiliki mitokondria di pangkal atas ekor, bagian ini akan terlepas setelah terjadi pembuahan. Oleh karena itulah sel telur terbuahi hanya mewarisi mitokondria dari ibu.
 

Gambar 2. Mitokondria pada sel spermatozoid dan sel telur.
Pada sel telur terdapat 10.000 kali lebih banyak mitokondria dibandingkan dengan sel spermatozoid.

Setelah pembuahan dan pembelahan terjadi, kumpulan mitokondria ini kemudian ‘dijatah’ ke sel – sel hasil pembelahan. Jumlah mitokondria bervariasi sesuai dengan kebutuhan energi tiap sel. Misalnya, sel tulang menerima lebih sedikit ‘warisan’ mitokondria karena sel ini memiliki kebutuhan energi lebih kecil jika dibandingkan dengan sel otot dan syaraf. Mengingat pentingnya mitokondria untuk jaringan otot dan syaraf, sebagian besar pasien penyakit mitokondria biasanya menunjukkan gejala kelainan otot dan syaraf, yang dapat pula disertai dengan rusaknya beberapa organ vital secara bersamaan. Variasi gejala yang ditunjukkan oleh pasien penyakit mitokondria membuat diagnostik awal sangat sulit, dibutuhkan analisis genetik yang rinci untuk dapat mendeteksi penyakit ini.


Daftar gejala pada pasien penyakit mitokondria

Selain itu, timbulnya gejala juga bergantung pada porsi kerusakan mitokondria pada sel. Dengan banyaknya jumlah mitokondria di dalam sel, terdapat ambang batas minimal jumlah mitokondria sehat untuk menjamin fungsi sel. Gejala penyakit mitokondria dapat timbul kapan pun, pada usia dini, usia produktif juga usia lanjut. Apabila mitokondria sakit lebih banyak daripada mitokondria sehat, gejala dapat langsung terlihat pada pasien di usia dini. Sebaliknya, pasien yang memiliki sedikit mitokondria sakit dapat melewati tahap awal kehidupan tanpa gejala. Seiring dengan berjalannya waktu dan dipengaruhi oleh faktor gaya hidup serta pola makan, jumlah mitokondria sakit dapat bertambah dan gejala pun baru timbul pada usia lanjut.


Anak dengan tiga orang tua biologis

Saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit mitokondria. Kebanyakan terapi berfokus kepada peredaan gejala dan bukan penanggulangan penyebab penyakit.  Belakangan ini, salah satu terapi kontroversial yang dikembangkan di Inggris cukup menarik perhatian para peneliti dan praktisi kesehatan. Studi yang dipelopori oleh Prof. Douglass Turnbull dan Prof. Mary Herbert di Newcastle University mengembangkan teknik donor mitokondria berbasis fertilisasi in vitro.


Gambar 3. Prof. Douglas Turnbull &Prof. Mary Herbert

Melalui teknik ini, inti sel telur terbuahi yang mengandung DNA ayah dan ibu dapat dipindahkan ke sel telur donor dengan mitokondria sehat tanpa inti sel. Melalui proses tersebut, dihasilkan zigot dengan DNA ayah dan ibu, namun dengan mitokondria sehat dari perempuan yang mendonorkan sel telurnya. Anak yang lahir dengan teknik ini pun memiliki asal muasal genetik dari tiga individu : ayah, ibu dan ibu mitokondria.

Pada saat ini, teknik kontroversial tersebut belum direalisasikan secara luas karena perdebatan etik yang masih menggelayut dibaliknya. Meskipun demikian, Wellcome Trust, lembaga pendanaan riset biomedik terbesar di Inggris Raya telah bersedia merogoh kocek hingga senilai 4,4 juta Poundsterling untuk mendanai penelitian donor mitokondria. Jika pada suatu saat donor mitokondria dapat dipraktekkan secara legal, jangan - jangan kita harus menambahkan satu lajur lagi pada bagian ‘nama Ibu’ dalam dokumen administrasi.

Sumber tulisan :
Chinnery, Patrick. 2010. Mitochondrial Disorders Overview. Gene Reviews.
Craven, L, et. al. 2010. Pronuclear transfer in human embryos to prevent transmission of mitochondrial DNA disease. Nature 465.
Lane, Nick. 2006. Power, Sex, Suicide : Mitochondria and the meaning of life. OUP Oxford.
http://news.sciencemag.org/scienceinsider/2011/03/uk-review-launched-for-three-par.html?ref=hp
http://specialneedsmom.typepad.com/special_needs_mom/2012/06/running-through-life.html

Sumber gambar :
Gambar pertama, karya pribadi
Gambar kedua, karya pribadi dengan gambar sel telur koleksi Emanuel Dassa, Ph.D
Foto Prof. Douglas Turnbull dan Prof. Mary Herbert dari situs Newcastle University www.ncl.ac.uk


Friday, January 23, 2015

Lelaki Tetaplah Anak Mami, cerita tentang Kromosom X

Halo teman sejagad,

Nganu,

sebelumnya maaf kalo judul post kali ini agak - agak mysandristic, ini adalah judul yang dipilih oleh koran Pikiran Rakyat yang memuat artikel yang akan saya bagi di sini. Artikel ini dimuat di harian PR pada tanggal 7 Juni 2012. Judul asli yang saya usulkan adalah "Kromosom X : Ketika Lelaki dan Perempuan Berbagi Kodrat"

Kiranya teman - teman berkenan,


Kromosom X : 
Ketika Lelaki dan Perempuan Berbagi Kodrat

Menstruasi, melahirkan dan menopause adalah peristiwa – peristiwa biologis yang terjadi dalam siklus hidup perempuan. Melalui sudut pandang genetika, manusia dikategorikan perempuan atas dasar kepemillikan dua kromosom X (XX).

Gambar 1. Foto mikroskop elektron kromosom X dan kromosom Y manusia. Kromosom X berukuran tiga kali lebih besar daripada kromosom Y.

Kromosom X bukan sekedar Kromosom Seks

Kromosom X, bersama dengan kromosom Y, dikategorikan sebagai kromosom seks yang secara umum dikenal dalam fungsi reproduktif. Faktanya, hanya kromosom Y-lah yang berfungsi utama sebagai pembawa informasi reproduktif pada lelaki. Kromosom Y bertugas mengkode sekitar 45 protein yang berhubungan dengan fungsi reproduktif lelaki seperti : pubertas, produksi sperma dan pembentukan alat kelamin. Berkat kinerja kromosom Y pula kaum lelaki memproduksi lebih banyak sebum, jerawat, dan lebih agresif.

Di sisi lain, kromosom X berukuran 3 kali lebih besar dan mengkode 200 kali lipat lebih banyak protein daripada kromosom Y. Dengan sedemikian banyaknya jumlah protein yang dihasilkan, fungsi reproduksi perempuan hanyalah sebagian kecil dari peran kromosom X bagi manusia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kromosom X juga berperan dalam perkembangan embrio, sistem pernapasan sel, sistem syaraf serta fungsi otak dan kecerdasan, yang merupakan fungsi – fungsi vital bagi manusia baik perempuan atau laki – laki.

Penyakit terkait mutasi Kromosom X

Mengingat pentingnya peran kromosom X, kerusakan atau mutasi pada kromosom X berakibat fatal bagi manusia. Seiring dengan banyaknya kasus penyakit yang terkait dengan kondisi kromosom X, ditetapkan bahwa layak ditambahkan satu kategori lagi pada primbon penyakit dunia bernama ‘penyakit terkait mutasi kromosom X’ (X-linked disorders).

Pasien mutasi kromosom X memiliki gejala bervariasi, mulai dari penyakit kulit, kebutaan, keterbelakangan mental, gangguan pembentukan organ reproduksi hingga penyakit syaraf semacam spinocerebellar ataxia dan bahkan kematian dini pada bayi. Pada situs OMIM atau Online Mendelian Inheritance in Man yang dikelola oleh John Hopkins University di Amerika Serikat, saat ini tercatat tak kurang dari 1050 penyakit terkait kromosom X.

Kaum perempuan memiliki dua salin kromosom X dari ayah dan ibu, memungkinkan adanya ‘serep’ saat salah satu kromosom X cacat. Pada kondisi dimana hanya salah satu kromosom X mengalami kerusakan, perempuan berperan sebagai pembawa atau carrier,  sementara kaum lelaki yang hanya memiliki satu kromosom X akan terkena imbas cacatnya kromosom X warisan ibu (Lihat ilustrasi pembuahan pada Gambar 2).

Gambar 2. Ilustrasi pembuahan sel telur pembawa kromosom X cacat. Individu (XY) mewarisi satu kromosom X sakit dari ibu, sementara individu (XX) memiliki kromosom X sehat dari ayah di samping kromosom X sakit.

Pembungkaman Kromosom X

Pada perempuan, meski ada dua kromosom X sehat dari ayah dan ibu di tiap sel yang berbeda, hanya bisa ada satu kromosom X yang aktif untuk menjamin fungsi normal. Oleh karena itu, para perempuan memiliki sistem pembungkaman kromosom X, berbentuk selotip – selotip mini yang terbuat dari potongan asam ribonukleat (RNA) (Lihat Gambar 3). Sistem pembungkaman ini dikenal dengan nama X Chromosome Inactivation System, yang ditemukan pertama kali oleh Mary Lyon, seorang peneliti Inggris pada tahun 1961. Uniknya, di tiap sel perempuan pembungkaman kromosom X terjadi secara acak, kadang kromosom X hadiah ayah yang dibungkam, dan terkadang kromosom X pemberian ibu yang harus diam. Berkat sistem pembungkaman kromosom ini, para perempuan carrier kromosom X cacat dapat melewati hidup tanpa mengalami gejala sakit, karena kromosom pembawa informasi ‘sakit’ tidak aktif. Sementara pada kaum lelaki, mengingat hanya ada satu kromosom X, hanya kromosom dari ibulah yang terus aktif membimbingnya melalui tiap tahap kehidupan, dari masih dalam kandungan hingga akhir hidup.

Gambar 3. Ilustrasi Pembungkaman Kromosom X. Kromosom X inaktif diselimuti ‘selotip’ yang terbuat dari potongan RNA mini bernama XIST RNA (garis biru), atau X-Inactivation Specific Transcript RNA. XIST-RNA mulai membungkam kromosom X dari daerah kromosom X yang dinamakan XIC atau X-Inactivation Center, yang terletak di tengah kromosom.

Lewat kromosom X, setiap perempuan memiliki bimbingan genetik yang seimbang dari ayah dan ibunya. Lain halnya dengan lelaki yang bersandar pada warisan ibu dalam tiap kromosom X-nya. Terkait ini, Natalie Anger memberikan pesan unik di ulasannya mengenai kromosom X di harian New York Times pada tahun 2007 lalu : ‘mengingat asal muasal kromosom X anda, ingatlah selalu wahai kaum lelaki, betapa pun macho-nya anda, anda tetaplah anak mami’.


Sumber tulisan :
Albert, Bruce, et.al. 2002. Molecular Biology of the Cell. Garland Publishing Inc.
http://www.nytimes.com/2007/05/01/science/01angi.html?_r=1
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/omim

Sumber gambar :
Gambar 1. http://www.sciencephoto.com
Gambar 2. karya pribadi
Gambar 3. Albert, Bruce, et.al. 2002. Molecular Biology of the Cell. Garland Publishing Inc.

Wednesday, January 21, 2015

Charlie and me

Hay teman-teman pembaca yang budiman dan budiwoman,

Apa kabar nich? Semoga teman - teman pembaca sekalian selalu dalam keadaan sehat badan dan akal, juga berbahagia.

Terkait peristiwa Charlie Hebdo di Paris awal Januari ini, kemarin saya dihubungi seorang wartawati dari BBC Indonesia untuk diwawancara.

Liputan wawancaranya dapat disimak pada tautan ini

Nganu, untuk muka saya yang begitulah adanya, mohon teman - teman maklum ya, kebetulan saat ini memang pilihan karir saya bukanlah di dunia hiburan, jadi ya barangkali agak kurang menjual. Untunglah suami saya di sebelah kece dan otentik begitu, jadilah liputan tersebut menjadi semakin manis dan renyah (ehe ehe ehe)

Ada beberapa poin wawancara yang tidak diunggah ke dalam liputan, dan kini saya hendak membaginya ke teman-teman sekalian, siapa tahu kita bisa saling bersilaturahmi pemikiran ;-)

Berikut wawancara lengkapnya, semoga teman - teman berkenan ya!




Jawaban dari pertanyaan mbak C saya paparkan sesuai poin pertanyaan ya.

Iya, betul kemarin saya dan suami ikut aksi damai "Marche Républicaine" di Paris, hari Sabtu tanggal 11/01/15.

1. Apa alasan yang membuat kamu ikut turun ke jalan waktu itu?

Karena saya muslim, dan saya mengecam aksi terorisme yang menggunakan topeng agama Islam, sederhana saja : saya marah ketika ada segelintir orang menggunakan alasan kemuliaan Allah dan nabi Muhammad untuk membunuh. Bukan itu inti ajaran Islam yang kita pahami. Saya juga turun ke jalan sebagai aksi melawan islamofobia, supaya kejadian ini tidak digunakan oleh kalangan yang pada dasarnya sudah rasis untuk semakin menunjukkan kebenciannya pada komunitas muslim.

2. Bisa digambarkan suasananya? 

Suasana aksi damai sangat ramai, jalanan yang biasanya kosong menjadi lautan manusia. Kemudian kesan yang saya dapat juga aksi tersebut terasa sangat aman dan kondusif, dan semua perwakilan komunitas ada di sana, kaum kanan, kaum kiri, semua perwakilan agama juga ikut turun. Banyak pesan kedamaian dan solidaritas, rata - rata orang membuat atributnya sendiri, itu yang membuat saya terharu, banyak orang yang menghimbau satu dan yang lain agar tidak menempelkan stigma negatif kepada komunitas muslim. Rata - rata orang yang berpendidikan paham bahwa yang namanya terorisme itu murni berisi kebencian dan tidak patut diasosiasikan dengan agama apapun.

3. Beberapa hari setelah serangan terhadap Charlie dan aksi damai itu, redaksi Charlie menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Bagaimana tanggapan Laras?

dan 

4. Di Indonesia, banyak sekali kecaman terhadap Charlie, banyak yang mengatakan: setelah umat muslim ramai-ramai ikut mengecam serangan, kok Charlie kemudian sengaja "menyakiti" hati umat muslim dengan kartun Nabi. Bagaimana pandangan Laras?


Tanggapan saya, ya biasa - biasa saja, menurut saya yang dimuat di edisi baru Charlie Hebdo hanya interpretasi atas simbol Islam secara "ringan dan sekenanya" dari segelintir kaum yang bukan muslim, menurut saya pribadi ini tidak perlu saya asimilasikan dengan kepercayaan saya sebagai muslim kepada Nabi Muhammad SAW, dan seharusnya kaum muslim tidak perlu merasa tersakiti, yang semacam ini tak perlu dirasa mengancam akan "mencoreng keimanan" seorang, sesuai kata pepatah : Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu :-D

Apalagi, isi kartun "nabi" di situ digambarkan bahwa sang "nabi" mendukung solidaritas dan kebebasan berpendapat, dengan ikut memajang tulisan "je suis charlie". Ditambah pesan tertulis besar dari koran tersebut bahwa "tout est pardonné" atau "semua sudah dimaafkan", yang secara garis besar menggambarkan kedamaian.  

Beberapa hari setelah kejadian penembakan Charlie Hebdo, saya dan suami mendengarkan rekaman wawancara nostalgia dengan Jean Cabut atau "Cabu" (salah satu korban), mengenai bagaimana tanggapan beliau mengenai umat muslim yang marah atas karikatur yang beliau buat. Kemudian beliau menjawab : "dari yang saya paham, larangan menggambarkan Mahomet hanya berlaku di kalangan muslim, kebetulan saya tidak merasa muslim, dan artinya saya berhak menggambarkan beliau sesuai dengan interpretasi saya". 

Di wawancara itu dijelaskan bahwa yang digambarkan adalah imajinasi Cabu atas sosok "nabi"  oleh kaum Islam garis keras yang menggunakan agama untuk menindas. Bagi Cabu, para penindas tersebut tidak mungkin membayangkan "nabi" sebagai sosok yang lembut dan penyayang saat membakar sekolah dan menindas anak - anak & perempuan. 

Di sisi lain, saya pun paham atas kemarahan umat muslim atas penggambaran ini; apalagi muslim Indonesia yang adalah mayoritas, dan secara umum memiliki kultur yang menjunjung tinggi kesopanan dan hubungan baik antar sesama. 

Meski demikian, bagi saya seharusnya kemarahan ini tidak perlu dibiarkan berlarut - larut, lebih baik ditanggapi dengan tegas secara tertulis, atau melalui pernyataan resmi institusional. Kemudian balaslah 'ejekan' ini dengan prestasi, pembangunan negara, penerapan keadilan sosial bagi seluruh kalangan dan partisipasi positif di komunitas internasional, supaya dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara yang jauh dari titik panas Timur Tengah, yang didominasi muslim dan menawarkan kesejukan bagi semua umat.

Bagi saya, kejadian ini menjadi masukan penting bagi kaum muslim untuk segera merombak "Intelektualitas Muslim", khususnya para pemudanya yang sedang semangat menjadi 'aktifis media sosial' :-D
Kita boleh meyakini bahwa ajaran agama ini yang paling benar, tapi kaum Muslim sedunia teramat beragam dan mungkin tidak menerapkannya dengan cara yang sama. Kemajemukan dalam umat muslim harus ditelaah dan dipelajari dengan baik, pastikan dalam tiap penerapannya yang dihembuskan adalah napas kedamaian, dan perbaikan ini harus dilakukan terus-menerus :-) 

Bagi saya, "Islamic Bashing" dan penggunaan topeng Islam dalam terorisme/penindasan adalah dua hal yang berbeda. Kaum muslim harus jeli dan bijak menanggapi kedua permasalahan ini, dan tentu harus bisa menentukan prioritas, mana yang bersifat darurat untuk ditangani lebih dulu demi kebaikan umat manusia.